Marcus Rashford tertunduk lesu usai Manchester United kalah dari Chelsea di final Piala FA.
Manchester United resmi mengakhiri musim 2017/2018 tanpa satupun gelar di tangan. Setan Merah kehilangan kans terakhir untuk meraih trofi di ajang Piala FA usai kalah dari Chelsea dalam partai puncak dengan skor tipis 1-0, Sabtu (19/5/2018) malam WIB. Kekalahan ini sungguh tak bisa diterima jika melihat statistik United yang begitu mendominasi sepanjang pertandingan. Lebih banyak menguasai bola, lebih banyak menciptakan peluang, namun hasilnya nihil. Tak ada gol yang berhasil diciptakan pasukan Jose Mourinho selama 90 menit lebih pertandingan.
Kecolongan penalti di menit ke-22, yang kemudian bisa dikonversi menjadi gol oleh Eden Hazard pastinya menjadi blunder yang sangat disesali Manchester United pada pertandingan tersebut. Namun terlepas dari itu, sejak awal United memang tampak kebingungan untuk membangun serangan dan menciptakan peluang. Tidak adanya target man di depan membuat serangan MU sering tak berujung. Bahkan seringkali Chelsea berhasil melancarkan serangan balik memanfaatkan kesalahan pemain MU saat tengah berupaya membangun serangan.
Romelu Lukaku baru dimainkan di menit ke-73 menggantikan Marcus Rashford, yang berkali-kali gagal memaksimalkan peluang. Masuknya Lukaku bersama Anthony Martial sejatinya cukup membuat lini depan MU makin hidup. Hanya saja Lukaku kesulitan untuk beradaptasi cepat dengan situasi di lapangan. Menurut catatan SofaScore, Lukaku hanya melakukan dua kali operan akurat dan tiga kali duel (dua sukses) selama 17 menit bermain.
Usai pertandingan, para penggawa United pun hanya menjadi penonton pesta juara Chelsea di Wembley. Nirgelar musim ini adalah yang pertama kali di era Jose Mourinho atau yang kedua kali pasca Sir Alex Ferguson pensiun.
Jose Mourinho menenangkan para pemainnya.
Progres Dibanding Musim Lalu
Sejak awal banyak yang menduga bahwa persaingan gelar juara Premier League 2017/2018 akan menjadi milik Manchester United dan Manchester City. Faktanya, kedua kesebelasan memang bersaing di posisi pertama dan kedua dari awal hingga akhir musim. Tetapi United tertatih-tatih di pertengahan dan harus merelakan gelar juara kepada ‘Si Tetangga Berisik’ dengan jarak 19 poin sampai dengan pekan ke-38.
Walau demikian, pencapaian di Premier League musim ini adalah yang terbaik di era setelah Sir Alex jika dibandingkan dengan musim-musim sebelumnya. Pada 2013/2014, MU finis ketujuh bersama David Moyes, lalu berhasil kembali ke empat besar di bawah kepemimpinan Louis van Gaal pada 2014/2015, namun turun peringkat lagi dalam dua musim berturut-turut yakni kelima di musim 2015/2016 (Van Gaal) dan keenam di musim 2016/2017 (Jose Mourinho).
Khusus di era baru bersama The Special One selama dua tahun belakangan, peningkatan di ajang liga memang terlihat cukup nyata. Musim ini United bisa berada di peringkat yang lebih baik, poin yang diraih pun lebih banyak, jumlah kemenangannya lebih banyak, jumlah golnya lebih banyak, dan jumlah kebobolannya lebih sedikit. Perbedaan yang berbanding terbalik ada dari hasil imbang dan kekalahan. The Red Devils meraih lebih sedikit hasil imbang di 2017/2018, tetapi menelan kekalahan lebih banyak dari musim lalu.
Klasemen akhir Premier League 2017/2018.
Ironinya, MU sering kehilangan momentum di masa-masa yang penting. Hal itulah yang membuat MU gagal mengejar ketertinggalan poin dari City dan justru makin melebar tiap pekannya. Yang paling menjadi ‘aib’ adalah kalah dari tiga tim promosi di tiga laga tandang dan dari satu tim juru kunci. Tiga tim promosi, Huddersfield Town, Newcastle United dan Brighton & Hove Albion masing-masing berhasil mengalahkan Paul Pogba dan kolega di kandang. Sialnya, kekalahan itu datang di momen yang tidak tepat.
Puncaknya adalah ketika MU ‘menghadiahi’ gelar juara Premier League kepada City usai dipermalukan West Bromwich Albion di Old Trafford dengan skor 1-0 di pekan ke-34 pertengahan April lalu. Ini adalah kali pertama MU kalah dari tim yang mengawali pertandingan di posisi juru kunci klasemen. Padahal pada pekan sebelumnya, MU baru saja merasakan euforia usai mengalahkan City di Etihad Stadium (2-3) untuk menunda pesta juara tim asuhan Pep Guardiola.
Di sisi lain, beberapa hasil imbang musim ini pun disebut-sebut menjadi penyebab gagalnya MU bersaing memperebutkan juara liga.
Harapan Kosong Setelah Menghabiskan Rp 2,1 Triliun
Pada musim panas 2017, total dana yang dihabiskan Manchester United untuk mendatangkan pemain baru mencapai 147,96 juta pound atau sekitar Rp 2,1 triliun. Setan Merah mendatangkan pemain-pemain seperti Victor Lindelof, Romelu Lukaku dan Nemanja Matic untuk melengkapi skuat yang sudah ada. Ditambah lagi MU mendatangkan Alexis Sanchez dari Arsenal di bursa transfer Januari 2018, yang merupakan hasil pertukaran dengan Henrikh Mkhitaryan.
Dari segi gaji, United juga terbilang paling boros di Premier League. Sayangnya, dana besar-besaran yang mereka investasikan tidak sepenuhnya bisa memenuhi harapan dan memuaskan hasrat para fans dengan tidak meraih hasil apapun di musim ini.
Melakoni beberapa laga pramusim dengan mengesankan, fans United sangat berharap di musim 2017/2018 ini tim kesayangan mereka bisa mendapatkan hasil yang lebih baik. Kompetisi resmi pertama Setan Merah adalah Piala Super Eropa kontra Real Madrid. Namun pasukan Jose Mourinho kalah 1-2 di laga tersebut.
Di beberapa pertandingan awal Premier League, MU sebenarnya tampil impresif. Sebelum akhirnya mereka mulai terseok-seok di pertengahan musim dan kehilangan daya untuk mengejar gelar juara. MU berhasil finis di peringkat kedua, tetapi jarak mereka dengan City--yang keluar sebagai juara--di akhir musim adalah 19 poin. Padahal, musim lalu MU ‘hanya’ tertinggal 9 poin dari The Citizens.
Manchester United vs Sevilla di leg kedua babak 16 besar Liga Champions 2017/2018.
Harapan untuk meraih sesuatu sebenarnya juga muncul di ajang Liga Champions. Manchester United mengakhiri fase grup sebagai juara grup dan bertemu dengan Sevilla di 16 besar. Namun, lagi-lagi fans dibuat patah hati dengan hasil akhirnya. Usai menahan imbang 0-0 Los Rojiblancos di Ramon Sanchez Pizjuan, United malah dipermalukan 1-2 saat bermain di Old Trafford.
Hal lain yang juga mengecewakan adalah perjalanan MU di Piala Liga Inggris. Mengawali dengan baik juga, tetapi semuanya antiklimaks lantaran sang raksasa ditaklukkan oleh tim kasta kedua, Bristol City di babak perempat final. Gol terakhir Zlatan Ibrahimovic untuk United tak mampu membawa sang juara bertahan kembali tampil di partai puncak. Bristol mengalahkan MU secara dramatis dan menyakitkan lewat gol di menit injury time.
Peluang juara terakhir dan yang paling nyata adalah di Piala FA. MU tak tersentuh sejak awal perjalanan mereka di ajang ini. Mereka juga berhasil mengalahkan Tottenham Hotspur di laga semifinal yang ketat dengan skor 1-2. Petaka mulai datang ketika beberapa pemain dibekap cedera menjelang final. Romelu Lukaku mengalami cedera di kakinya saat melawan Arsenal di Old Trafford akhir April lalu dan harus absen pada tiga laga terakhir Premier League. Marouane Fellaini juga menyusul ke ruang perawatan beberapa hari jelang laga final.
Romelu Lukaku mengalami cedera saat melawan Arsenal di pekan ke-35.
Absennya Lukaku menjadi yang paling krusial bagi MU. Sebab baik Marcus Rashford maupun Martial seolah tidak mampu menggantikan peran Lukaku sebagai penyerang tengah, yang juga diplot sebagai target man. Dalam konferensi pers pasca laga melawan Brighton (MU kalah 1-0), Mourinho mengakui bahwa penampilan striker pelapis MU memang tak begitu mumpuni. Itulah alasan mengapa selama ini Mourinho jarang mengistirahatkan Lukaku.
Menatap Musim Baru
Pertanyaannya, apakah ada progres yang ditunjukkan tim asuhan Mourinho musim ini dibandingkan dengan musim lalu? Tentu saja ada. Seperti yang sudah disebutkan tadi, dalam beberapa hal MU mulai membaik di musim ini. Tetapi masih banyak potensi yang belum dimaksimalkan di berbagai sisi. Cara bermain United pun sepertinya tak terlalu banyak berubah dari musim lalu. Sering membuang peluang yang akhirnya hanya membuahkan hasil imbang atau kekalahan adalah hal yang harus segera diperbaiki.
Yang paling mencolok adalah dalam perolehan trofi. Musim lalu MU mungkin memang hanya finis di posisi keenam di liga, tetapi Paul Pogba dkk mendapatkan tiga trofi penting yaitu Community Shield, Piala Liga Inggris dan Liga Europa. Perbedaan perolehan trofi yang sangat jomplang dengan musim inilah yang membuat progres—yang seharusnya tampak nyata—hanya terlihat seperti ilusi bagi Manchester United.
Sekarang tugas bagi Mourinho adalah mempersiapkan dan mengasah tim untuk jadi lebih siap lagi musim depan. Bukan hanya sekadar untuk memperebutkan zona Liga Champions, melainkan untuk selalu menang di tiap laga dan memenangkan trofi. Para fans tentu berharap ilusi progresi ini segera menjadi kejayaan yang nyata buat Manchester yang terkenal itu.
Posting Komentar