Pertarungan Dua Monster yang Terluka

Foto: UEFA.com
Satu trofi Liga Europa ‘berhadiah’ satu tiket lolos langsung ke babak utama Liga Champions akan diperebutkan ‘dua monster yang terluka’. Ya, dua tim finalis Liga Europa 2016/17, yakni Ajax dan Manchester United, saat ini sedang tidak dalam kondisi yang baik di liga masing-masing. Akan tetapi, justru hal tersebut yang diperkirakan bakal menjadikan pertarungan puncak, pada Kamis (25/5) pekan depan semakin seru.

Ajax di musim ini sebenarnya berpeluang menjadi juara Eredivisie. Seandainya mereka berhasil mewujudkan target tersebut, beban untuk menjuarai Liga Europa setidaknya akan lebih ringan. Pasalnya, juara Eredivisie akan otomatis lolos ke fase grup Liga Champions musim berikutnya. Akan tetapi, Kasper Dolberg dkk. harus menerima kenyataan pahit di pekan terakhir kasta tertinggi liga Belanda itu.

Persaingan gelar juara Eredivisie harus ditentukan hingga pertandingan terakhir, dengan menyisakan Feyenoord dan Ajax sebagai kompetitornya. Memasuki pekan ke-34 lalu, Feyenoord hanya memimpin satu angka di belakang Ajax dengan 79 poin. Ajax pun membutuhkan tiga poin di pertandingan terakhir mereka, sambil berharap Feyenoord terpeleset di laga pamungkas mereka. Namun hal yang terjadi justru sebaliknya.

Di laga terakhir melawan Willem II, Ajax memang meraih kemenangan 1-3. Di satu sisi, Feyenoord ternyata juga sukses berpesta di markas sendiri dengan skor 3-1 atas Heracles. Alhasil, di klasemen akhir Feyenoord tetap unggul satu angka dari Ajax dan mengukuhkan diri sebagai juara Eredivisie 2016/17. Ajax, yang finis kedua di klasemen akhir pun ‘hanya’ mengantongi tiket untuk tampil di Liga Champions lewat babak play-off.



Dengan kondisi ini, Ajax dipastikan bakal menghadapi partai puncak Liga Europa dengan kondisi ‘marah’ dan pastinya akan mengerahkan seluruh kemampuan terbaik mereka, beramunisikan para penggawa muda. Ini jelas menjadi sinyal peringatan bahaya bagi Manchester United, yang kondisinya justru lebih mengkhawatirkan di liga.

Bagaimana tidak, United benar-benar kehilangan tajinya di pentas Premier League. Setelah membuat rekor tak terkalahkan sepanjang 25 pertandingan di liga, mereka langsung tumbang di dua laga terakhir secara beruntun dari Arsenal dan Tottenham Hotspur. Dua kekalahan itu terjadi setelah The Red Devils mengalahkan Celta Vigo dengan agregat 2-1 di Old Trafford dan mengamankan satu tiket final Liga Europa.

Jose Mourinho kemudian langsung mengambil tindakan dengan menyimpan pilar-pilar utamanya pada sisa pertandingan Premier League. Dengan tujuan, agar timnya bisa tetap prima di laga final Liga Europa nanti. Alhasil, di dua laga tandang kontra Arsenal dan Tottenham, Setan Merah tampil dengan skuat seadanya.

Sayangnya, perjudian ini tidak berjalan mulus. Mourinho harus membayar mahal pilihannya itu dengan benar-benar mengorbankan peringkat empat besar liga. Saat ini, United sudah tidak berkesempatan lagi menembus peringkat empat besar. Namun, MU yang kini bertengger di peringkat keenam klasemen setidaknya sudah aman dari kejaran tim-tim di bawah mereka.



“Tim seperti Manchester United memang seharusnya mementingkan trofi ketimbang hanya mengejar empat besar,” begitu kata Mourinho dalam salah satu pernyataannya.

Secara historis, pernyataan itu ada benarnya juga. Manchester United memang sangat identik dengan gelar juara. Trend mengejar empat besar pun baru terjadi setidaknya dalam empat musim terakhir. Saat ini Mou tengah berusaha untuk membangun kembali kejayaan United yang sempat runtuh. Salah satu jalannya adalah dengan menjuarai Liga Europa. Secara sistematis, Liga Europa saat ini juga menjadi satu-satunya jalan MU menuju ke Liga Champions musim depan, setelah gagal total di liga.

Tapi yang kini menjadi kesangsian, bagaimana kalau seandainya United kalah dari Ajax di final Liga Europa? Alih-alih ingin meraih trofi dan bermain di Liga Champions musim depan, MU malah bisa saja kembali harus berkutat di ‘Liga Malam Jumat’.

Pertemuan Ajax vs Manchester United di babak 32 besar Liga Europa, 16 Februari 2012 di Amsterdam Arena. Foto: Jasper Juinen/Getty Images.

Di luar dari semua itu, jika mengambil sisi positif dari kondisi Ajax dan Manchester United saat ini, harusnya keseruan laga final di Liga Europa tidak akan berkurang dan sama panasnya dengan persaingan di final Liga Champions antara Real Madrid dan Juventus. Apalagi, dua finalis Liga Europa ini juga bak Monster yang mempunyai sejarah besar, baik di ajang domestik maupun di kancah Eropa.

Ajax mengoleksi 33 gelar juara Eredivisie, 4 gelar Piala/Liga Champions dan 1 gelar Liga Europa. Sementara MU mempunyai 20 gelar juara divisi teratas liga Inggris dan 3 Piala/Liga Champions. Keduanya sama-sama mempunyai cerita manis di liga maupun di Eropa.

Untuk itu, walau hanya memperebutkan trofi kompetisi antarklub kelas dua di Eropa, tapi dengan berbagai fakta dan statistik yang telah disajikan tadi, dua monster yang terluka ini sepertinya akan tetap menyuguhkan sebuah pertarungan dengan pertaruhan gengsi yang besar demi pencapaian prestasi tertinggi.

Fakta Unik:

  • Pertemuan kedua tim di laga final ini sangat emosional karena Ajax merupakan bekas klub Zlatan Ibrahimovic di masa mudanya. Sayangnya, Zlatan tidak bisa tampil di final karena cedera lutut parah yang dialaminya beberapa waktu lalu. 
  • Kiper legendaris MU, Edwin van der Sar, juga merupakan legenda klub Ajax dan saat ini menjadi salah satu pejabat di tim tersebut. 
  • Laga akan digelar di Friends Arena di Stockholm, Swedia, stadion yang mempunyai patung Zlatan Ibrahimovic di dalamnya.
Patung Zlatan Ibrahimovic. Foto: irishmirror.ie.
Bagikan:

Posting Komentar

Top Ads

Middle Ads 1

Middle Ads 2

Bottom Ads